CINTA DIPENGHUJUNG NAFAS


Cerita Cinta -“Ya  Allah sungguh perih penyakit yang kau titipkan pada hamba-Mu yang lemaah ini” lirihku pelan sambil tetap meneruskan mengetik dimeja kerjaku, sebisa mungkin kutahan rasa sakit ini dan terlihat baik didepan teman-teman kerjaku, agar tak ada yang mengetahui bahwa Aku sedang berjuang melawan rasa sakit ini. Namaku Naima, saat ini Aku sudah bekerja disalah satu perusahaaan penerbit buku sebagai salah satu penulis yang dianggap berbakat. Tiba-tiba telepon disampingku bordering, ya itu managerku yang memanggilku agar segera keruangannya.

Namun dalam langkah kakiku entah mengapa terasa berat dan sulit untuk ku gerakkan, hingga pada akhirnya Aku hmpir terjatuh kalau bukan Zaskia yang menahan tubuh yang semakin lemah ini,

“MasyaAllah, Nai. Wajahmu kok pucat sekali” cemasnya
“Aku baik-baik aja kok, Zas. Sukron ya”ucapku seraya kembali berjalan. Namun, rasa sakitku itu kembali menyerang kepalaku yang pada akhirnya membuatku  hampir menjerit menahan sakit, tiba-tiba semuanya menjadi gelap dan akupun tak ingat apa yang terjadi selanjutnya.

Perlahan-lahan Kubuka mataku seberkas cahaya pun masuk melalui kornea mataku. Suasana ruangan ini sudah tak asing lagi, ya ini rumah sakit kulihat Zaskia dengan wajah sembab yang kutahu dia baru saja menangis. Aku pun menyapanya, namun tangisnya kembali pecah. Akupun berusaha menghibur dan menguatkan sahabatku yang sangat Aku sayangi ini. Dan memintanya untuk tidak mengatakan perihal penyakitku kepada siapa-siapa termasuk orang tua serta kakakku yang selama ini kurasakan tak begitu memperdulikanku, dan Zaskia hanya mengangguk setuju.

Dengan langkah gontai Aku mengetuk pintu rumahku. Kutarik nafas dalam-dalam dan bersiap-siap, mendapat omelan Papa lagi. Namun malam itu sepertinya berbeda, suasana rumah tampak ramai, hingga untuk ketiga kalinya Aku mengetuk pintu barulah dibukakan oleh Lia, Kakakku. Diapun menyambutku dengan tersenyum hal yang sangat langkah kudapati. Akupun mengucapkan salam lalu masuk, pas diruang tamu Papa langsung bangkit ketika melihatku. Beliau begitu tenang tak ada sedikitpun tanda bahwa beliau akan memarahiku.

“Kok telat pulang, Nak?” tanyanya lembut
“Naima…Nai baru selesai ngerangkum novel ke-5, Pa. Makanya Nai telat” ucapku berbohong. Papa masih terlihat tenang dan tersenyum”Lain kali, kasih kabar dulu, Nak. Oh iya, ini ada keluarga Pak Yoga sahabat lama Papa. Mereka datang untuk melamar kakakmu”ucap Papa. Aku pun baru tahu kenapa Papa setenang itu, Aku pun berpaling dan kaget melihat pria itu. Ya dia Kak Yusril, sosok masa laluku yang sampai saat ini belum bisa kulupakan. Diapun sama kagetnya denganku, buru-buruku menunduk dan mengatupkan 

Kedua tanganku demi menyapa mereka.

“Ini Naima ya, Tante ngak tahu ternyata kamu putri Pak Anwar juga” ucap Tante Mia. Aku tak pernah menyangkah beliau masih mengingatku,”kamu tampak semakin cantik ya sayang” pujinya
“Naima, kamu tampak pucat ada apa, Nak?”tegur Mama.
“Naima baik-baik aja, MA” kurasakan sesuatu yang hendak meleleh, kusentuh hidungku dan kaget karna Aku kembali mimisan. Kututup hitungku lalu pergi kekamarku menuju kamar mandi. Setelah kubuka kerudungku, Aku langsung menyiram kepalaku yang terasa panas. Kudengar pintu kamar mandi diketuk dan itu adalah Mama. Setelah yakin darah tak keluar lagi, akupun mengganti gamisku yang basah dengan baju mandi yang kugantung dipintu kamar mandi.
“Nai, ada apa, Nak? Apa kamu sakit?”seraya meraba keningku”Ya Allah, Nai. Badanmu panas sekali”
“Nai, Cuma kecapean Ma. Mama ngak usah kawatir ya.”
“Ya sudah, kamu istirahat yang banyak ya, Nak. Mama turun dulu”

Akupun mengganti pakaian menggunkan piyama. Akupun segera menunaikan salat isya dalam doa tak henti-hentinya memohon agar Allah tetap memberiku ketegaran dan kesabaran. Selesai salat, Akupun beranjak kemeja tulisku dan meraih buku diaryku. Kutulis semua curahan hatiku dan juga tentang kak Yusril. Bertahun-tahun sudah aku berusaha melupakannya, namun sangat sulit. Andai saja wanita yang akan dinikahinya bukan kakakku, pastilah kutakkan terluka separah ini. Akupun sadar tak boleh berharap padanya, karena mengingat waktuku takkan lama lagi.

2 Minggu setela pertemuan antara 2 keluarga, dirumah pun tampak mulai ramai dikunjungi sanak keluarga. Akupun ikut sibuk mengurus segala keperluan Kak Lia, namun 2 hari menjelang hari sacral keduanya. Aku minta izin kepada Mama untuk kembali bekerja karena novelku yang akan segera diterbitkan dan Aku belum selesai mengetik ucapan terima kasihku.

Selesai meeting kerja, Aku kembali keruang kerjaku bersama Zaskia, yaa Zaskia tahu Aku sedang bersedih, mengingat tentang Kak Yusril yang akan segera menikahi Kakakku. Namun, tiba-tiba Aku terjatuh menabrak pintu ruang kerjaku. Ya Allah sakit itu kembali terasa, tubuhku mengigil kedinginan- sayup-sayup kudengar Zaskia menjerit histeriz dan panic, mataku berkunang-kunang dan semuanya gelap.

Sudah 2 hari Naima tak sadarkan diri, selama itu Zaskialah yang setia menemani sahabat yang sangat ia sayangi itu. Hp Naima pun bordering dan terlihat no.tak dikenal menghubungi. Dengan ragu Zaskia mengangkatnya, rupanya itu Kak Yusril. Betapa kagetnya Yusril karena yang mengangkatnya bukan Naima.

“Maaf, Kak. Ini memang no Naima. Tapi saat ini Naima krisis sudah 2 hari dia koma. Dan tak seorangpun keluarganya yang berusaha menghubunginya. Hingga Kak Yus menelpon”ungkap Zaskia, setelah mendapat Info tentang keberadaan Naima, Yusril pun  langsung menuju rumah sakit tak peduli larangan Neneknya yang mengatakan pamali baginya keluar sebelum acara besok pagi.

Yusril pun tak habis pikir melihat sosok Naima, terbaring lemah dan tak berdaya dibantu dengan pelatan medis, Zaskia terus berdzikir sambil menggenggam tangan Naima. Yusril sangat heran sampai hatikah orang tua Naima tak mencari kabarnya setelah 2 hari tak pulang. Kebingungan Yusril terhenti ketika Hp Naima kembali bordering itu adalah Mama NAima. Zaskia pun meminta Kak Yusril yang berbicara. Dengan ragu Yusril menerimanya, suara Mama Naima terdengar lirih dan cemas dengan hati-hati Yusril pun memberitahukan kondisi Naima.

Mamapun histeris dan segera beranjak hendak menuju rumah sakit dengan dihantar oleh Papa dan Lia yang setengah mengomel kalau Naima hanya suka membuat mereka susah saja. Mamapun langsung memburu tubuh Naima yang terbaring dengan wajah sedih melihat putrid bungsunya terkapar tak berdaya.

“NAima mengidap kanker otak stadium 4 tante, Kia juga baru tahu 2 minggu yang lalu saat Nai pingsan dikantor. Kia pernah janji agar tak bilang kepada siapa-siapa. Tapi melihat kondisi Nai yang sekarang. Kia yakin NAi butuh keluarganya disampingnya” tangis Zaskiapun kembali pecah
“MAsyaAllah, betapa aku Ibu yang jahat…”tangis Mama pun ikut pecah. Papa yang selama ini keras dan acuh tak acuh pada Naima, akhirnya luluh dan merasakan kesedihan mendalam. Diapun teringat pernah berkali-kali menampar Naima jika ia telat pulang ataupun jika terjadi perselisihan antara dia dan Lia. Wajahnya pun terlihat kusut mengingat dirinya telah berlaku tak adil dalam hidup Naima.

Akupun mulai sadar dan melihat keluargaku berkumpul diruangan ini. Melihat kesedihan diwajah mereka Akupun berusaha tersenyum sebisaku. “Jangan bersedih Maaa, Paa, Kak… bukankah ,..ka..li..an se..nang bila Nai sudah tiada… de..ngan itu…ti.dak akan ada lagi.. yang.. buat kalian marah ..da..n ke..sal” ucapku dengan suara lemah dengan nafas yang berat. Mama menggenggam erat tanganku yang sudah sangat lemah. Begitu penuh kehangatan, mama mengusap wajahku yang pucat melihat air mata yang jatuh membashi pipi ini. “Sayang, kena..pa kamu… menyembunyikan ini semua, Nak…… Maafkan mama….. Maafkan mama yang selama ini mengabaikanmu….. Mama janji akan senantiasa merawatmu, Mama akan usahain supaya kamu bisa sembuh, Nak”tangisnya. Ya Allah begitu tulusnya ucapan Mama, maafkanlah hamba yang sudah membuat Mama hamba menangis ya Allah.

Papa pun mendekat lalu ikut menggenggam tanganku dengan suara serak ia mengucapkan maaf dan menyesali sikapnya kepadaku yang kubalas dengan gelengan kepala. Sungguh sakit melihat beliau menangis, bahkan mengalaahkan sakit ketika tangan kekar itu menampar wajah ini. Dengan nafas yang berat akupun memintanya berhenti menangis. Kak Yusril pun mendekat dan meminta ruang agar ia bisa lebih dekat lagi denganku. Papa pun berpindah tempat kesebelah kiri perbaringanku.

“Nai, kamu masih ingat masaa lalu kita kan, sungguh Aku tidak bisa melupakannya, ketika Umi memintaku untuk segera menikah aku ingin mencarimu. Tapi, aku sama sekali tak punya alamatmu, hingga Abi menawarkan agar aku menikahi anak sahabatnya, akupun menurut saja. Pertemuan malam itu ketika aku menyadari kau ternyata putrid bungsu sahabat papaku. Aku sedih, mengapa langkahku untuk menunaikan janjiku terhenti, untuk menjadikanmu kekasih yang halal tak tercapai, tapi perlu kau catat Nai. Aku slalu mencintaimu, sepanjang nafas ini” ungkapnya, Akupun menangis ternyata Kak Yusril pun masih menyayangiku. Kulihat wajah Kak Lia sangat kaget dengan pengakuan Kak Yusril, diapun memalingkan kepala tak berani menatapku. Kak Lia pun mendekat ketika Papa memintanya mendekat, Kugenggam tangan Kak Lia, dia pun mulai menangis. Aku kembali menatap Kak Yusril
“Kak, jaga Kak Lia ya, jadi…kan ia bida…da..ri hatimu.”ucapku. “Aku bersyukur dipenghujung hidup ini, keluar….ga… yang ku….rindukan… dan nan…tikan kini bera…da didekatku. Deng..an begitu Naima bisa tidur dengan tenang.”lirihku.
“kamu jangan bilang begitu Nai, Kamu harus kuat Nak. Kamu pasti sembuh sayaang”lirih Papa

Aku hanya menggelengkan kepala dan berusaha menguatkan beliau. Ya,Allah inikah saat kupergi. Aku menangis kutatap wajah waajah orng yang aku sayangi ini, dengan lirih aku mengucapkan kalimat Lailahaa Ilallah dan tersenyum hingga nafas ini berakhir, membawa cinta dari orang-orang yang senantiasa kucintai dan kini hanya bisa menangis melepas kepergianku.

INDOPK | Agen Poker Online Domino qq dan Bandar Ceme Terpercaya

Promo INDOPK
<> Event Lomba Turn Over Bulanan ( Berhadiah Ratusan Juta Rupiah )
<> Bonus Deposit 5.000 Setiap Hari ( Minimal Deposit 100.000 )
<> Bonus New Member 10% ( Minimal Deposit 25.000 )
<> Bonus Rollingan 0.5%  ( Dibagikan Setiap Hari Rabu )
<> Bonus Referral 20% ( Seumur Hidup )
<> Bonus Jackpot Jutaan Rupiah Disetiap Harinya

Posting Komentar

0 Komentar